|
Sehilir
angin yang menyejukan kalbuku
Terasa
indah nan tentram
Rumput-rumput
seperti ikut menggerakan anggota tubuhya
Seolah-olah
mengikuti alunan irama nan merdu
Semerbak
bunga mawar yang sejak tadi ikut dalam irama ini
Tak
ketinggalan bunga-bunga yang bermekaran ikut berseri
Semut-semut
diatas pohon rindang ini saling memberikan sapaan
Suara
ayam jago yang bersemangat bersahutan dalam menyambut pagi ini
Kicauan
burung yang hinggap diatap rumah
Jendela
rumah yang terbuka ikut bersama hiliran angin
Menambah
kesejukan rumah impian ku ini
Tak
kuasa ku memanjaatkan syukur atas karunia Mu Sang Pencipta
Hangatnya suasana rumah
yang sederhana ini, entah seperti tak dapat di ungkapkan dengan lisan maupun
pena yang seelok apapun. Matahari seolah menyapa kehadiran seorang bayi
mungil yang masih suci, tak ketinggalan burung-burung kecil pun ikut berkicau
di atas pohon dekat jendela kamar, semua anggota keluarga ikut bersuka cita
atas kelahiran
Seorang
bayi yang sangat di nanti-nantikan. Semua orang yang berada disana ikut
memberikan ucapan selamat kepada ayahanda dan tak lupa dengan ijin Yang Kuasa
ibunda yang selamat dan sehat. Tangisan bayi mungil pun ikut meramaikan kehangatan suasana
pagi ini.
Terasa
nan indah lamunan Pak Nugraha, mengingat masa lalunya, namun tiba-tiba
terdengar suara yang mengejutkan Pak Nugraha, bbrukk…!! Pray…!!
Entah
mungkin siapa yang sedang mengacaukan nostalgia Pak Nugraha tujuh belas tahun yang
lalu, sepertinya suara tersebut arahnya dari dapur. Pak Nugraha pun lansung
menuju arah datangnya suara. Terpaksa Pak Nugraha harus meninggalkan duduk santainya
didepan teras rumah dengan terpampang tumbuhan-tumbuhan yang hijau nan segar
sambil meneguk secangkir kopi dan membaca koran.
Sepertinya
dugaan Pak Nugraha pun benar adanya, Yara anak tunggal Pak Nugraha telah
memecahkan sebuah gelas, mungkin entah ini gelas keberapa yang sudah dipecahkan oleh Yara.
Dalam seminggu Yara dapat memecahkan gelas atau pun piring mungkin sebanyak
satu lusin. Kejadian ini sebenarnya baru terjadi hampir tiga bulan terakhir,
entah apa penyebabnya, mengapa Yara selalu dengan tidak sengaja memecahkan
gelas maupun piring.
Pak
Nugraha pun selalu bertanya kepada Yara, mengapa Yara melakukan hal tersebut
berulang-ulang, Yara pun selalu menjawab:
“Maaf
ayah, Yara enggak sengaja, mungkin sudah berpuluh-puluh kali
Yara mengucapkan hal yang sama dan Yara pun tidak mengucapkan hal yang lain
selain mengatakan hal tersebut. Pak Nugraha pun semakin curiga tentang kelakuan
Yara selama tiga bulan terakhir ini. Sebenarnya Pak Nugraha telah menyuruh Yara
untuk tidak mengambil piring maupun gelas saat makan, namun Yara tetap saja
melakukannya.
Hari
ini saatnya masuk sekolah setelah libur semester, selama liburan Pak Nugraha
dan Yara tidak pergi kemana-mana, karena liburan semester hanya satu minggu,
maklumlah Yara bersekolah di salah satu SMA favorit dan unggulan di Bandung.
Jadi waktu libur digunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru, ditambah lagi Pak Nugraha sangat sibuk sekali dengan pekerjaanya
yang sedang mengerjakan proyek membangun apartemen.
Pagi
ini, seperti biasa Yara pun diantarkan oleh Pak Nugraha ke sekolahnya, saat tiba disekolah Yara pun
pamit kepada Pak Nugraha, keanehan pun muncul saat Yara mencium tangan Pak
Nugraha tangan Yara seolah-olah bergetar dan tangan Yara sangat dingin sekali.
Pak Nugraha pun bertanya: “Ara, kamu sedang sakit, kalau sakit jangan dipaksain
sekolah, ya? “Ara enggak apa-apa ko, Ara sehat ,ayah.. Yara menjawab. “
beneran kamu enggak sakit? kalau sakit telepon gurunya aja, nanti ayah jemput.
Kata Pak Nugraha. “iya ayah, Ara ga apa-apa ko, beneran.. ayah enggak usah
khawatirin Ara. Oke..! jawab Yara
“yaudah
kalo gitu hati-hati disekolahnya sama semangat belajarnya. Ayah berangkat.
Seru Pak Nugraha. “Siap ayah”. Seru Yara membalas.
*********
Perasaan
hati Pak Nugraha sejak tadi pagi, sudah tidak enak, dan tepat pada jam 12
siang, yaitu pada jam istirahat, tiba-tiba terdengar suara getar dering
handphone Pak Nugraha, “kring..kring…kring…” ternyata itu telpon dari
wali kelas Yara yaitu Bu Nadya,
“Halo,
Assalamualaikum, maaf ini dengan ayahnya Yara?”
kata Bu Nadya dengan suara lembutnya mencirikan seorang wanita yang baik.
“Walaikumsalam,
iya ini ayahnya, oh ini siapa ya?” Jawab Pak Nugraha.
“Saya
Bu Nadya wali kelasnya Yara, sebelumnya maaf pak, Yara tadi jatuh
pingsan dan sampai sekarang dia belum siuman? Kata Bu Nadya.
“Astagfirullahal’adzim,
iya nanti saya akan ke sekolah, tolong untuk sementara jagain Yara dulu ya bu,
sebelumnya terima kasih” Cemas Pak Nugraha.
“Iya
pak, saya akan menjaganya semampu saya. Jawab Bu Nadya.
Telpon
dari bu Nadya pun langsung disambut Pak Nugraha dengan perasaan yang campur
aduk antara meninggalkan pekerjaan atau menjemput Yara.
Akhirnya Pak Nugraha memilih untuk
menjemput Yara ke sekolah, sementara untuk rapat kali ini dia serahkan kepada
asistennya.
Pak Nugraha pun langsung mengambil
kunci mobil dan menuju tempat parkiran
kantor. Mobil Pak Nugraha meluncur dengan cepat seolah-olah mengalahkan apapun.
Dalam waktu sepuluh menit Pak Nugraha
sudah sampai di sekolah dan langsung menelpon Bu Nadya, dan menanyakan dimana
Yara sekarang. Ternyata Yara sedang berada di ruang UKS. Pak Nugraha pun
langsung menuju ruang UKS, nostalgia Pak Nugraha pun bermunculan saat dia
mengingat masa-masa SMAnya, maklumlah Pak Nugraha bersekolah yang sama dengan
putrinya Yara.
Tiba-
tiba teman sekelas Yara datang dari sebuah ruangan dan ternyata itu ruang UKS,
dan mengantarkan Pak Nugraha ke dalam UKS, disana terlihat ada seorang guru dan
pasti itu bu Nadya yang terlihat dari belakang dan teman-teman Yara. Yara pun
sedang berada ditempat tidur tak terlihat karena banyak teman-teman Yara yang
sedang menunggu Yara. Pak Nugraha pun langsung menghampiri Yara.
“Ara,
kamu kenapa? Ayo Yara bangun!” sahut Pak Nugraha.
Semua
terhening tapi tak ada jawaban apapun dari mulut Yara. Pak Nugraha pun menanyakan kronologi
kejadiannya kepada seorang guru.
“Apa
ini bu Nadya?
“Iya
saya Nadya, wali kelasnya Yara.
Bu Nadya pun langsung menceritakan
kronologi kejadiannya, jadi tadi pagi ketika kami sedang melakukan praktek di
laboratorium, tiba-tiba Yara yang sedang memegang gelas kimia kosong, terjatuh
pingsan dan untungnya gelas kimia tidak mengenai Yara. Yara pun langsung dibawa
teman-temanya ke ruang UKS.
Pak Nugraha pun mengucapkan
terimakasihya kepada Bu Nadya dan teman- teman Yara yang sudah membantu Yara.
Kemudian langsung membawa Yara ke rumah sakit karena kondisi Yara yang semakin
terpuruk.
Teman-teman Yara pun membantu
mengangkat Yara ke mobil dan memberikan semangat kepada Yara meskipun Yara
sedang tidak sadarkan diri.
Sesampainya di rumah sakit Yara pun
langsung ditempatkan diruangan ICU dan mendapatkan pertolongan dari dokter dan perawat.
Tepatnya jam empat sore, Yara
sadarkan diri dan langsung memanggil ayahnya.
“ayah,ayah,ayah,…
sahut Yara.
“iya
nak kamu sudah sadar, Alhamdulillah, kami disini sudah menunggumu,
seru Pak Nugraha.
Terlihat ada Bu Nadya dan
teman-teman Yara yang sabar menunggu Yara tersadar. Yara pun tersenyum manis.
Yara pun kemudian asyik mengobrol
dengan teman-temannya. Sementara Pak Nugraha berbagi cerita tentang Yara dengan
Bu Nadya. Kehangatan malam itu seakan-akan terjadi kembali seperti ketika dulu
masih ada seorang yang sangat Pak
Nugraha dan Yara cintai, seorang yang baik, penuh perhatian, bijaksana sayang
kepada keluarga dan taat kepada agama, dia adalah seorang istri sekaligus ibunda dari Pak Nugraha dan Yara.
Kehadiran
Bu Nadya dan teman-teman Yara malam itu tak akan terlupakan oleh Pak Nugraha
dan Yara.
Tak
terasa malam pun mulai larut, Bu Nadaya dan teman-teman Yara pun sudah pulang.
Yara sudah tertidur sedangkan Pak Nugraha masih memikirkan keadaan Yara.
Setelah tadi sore dokter menanyakan kebiasaan Yara, Pak Nugraha pun
menceritakan kebiasaan Yara yang cukup aneh, apabila Yara sedang memegang
sesuatu pasti benda tersebut akan terjatuh dan terkadang tangan Yara pun akan
sakit. Ternyata kejadian tersebut terulang kembali bukan hanya gelas atau pun
barang-barang pecah belah tetapi benda yang cukup ringan pun Yara seolah-olah tak dapat memegangnya.
Dulu tangan kanan, tetapi sepertinya sekarang mulai ke tangan kiri.
Setelah
kejadian di laboratorium tangan kanan Yara terlihat memar, padahal Yara hanya
memegang gelas kimia yang kosong. Pak Nugraha pun harap-harap cemas menunggu
hasil keputusan dokter. Pada kesempatan ini, Pak Nugraha menyerahkan semua
keputusan kepada Allah SWT, dengan shalat malam dan tak lupa berdoa untuk diberikan
yang terbaik untuk Yara. Heningnya dan dinginnya malam tak membuat Pak Nugraha
berhenti untuk berdoa.
Adzan
subuh pun berkumandang, Pak Nugraha pun langsung shalat, sementara Yara masih
tertidur lelap, Pak Nugraha pun enggan membangunkan Yara yang sedang tertidur.
Ketika
Pak Nugraha akan keluar dan membuka pintu, tiba-tiba suara Yara memanggil Pak
Nugraha pun terdengar….
“ayah..yah..ayah..,
“ ayah mau kemana?
Pak
Nugraha pun sedikit terkejut, dan langsung membalikan badan dan berkata
“Iya
sayang kenapa? Ayah mau jalan-jalan pagi diluar.
“Ayah
aku mau ikut?
“Kamu
kan lagi sakit ara,
“Tapi
sekarang aku agak baikan ayah, boleh ya ayah.. (dengan memaksa)
“Yaudah
iya tapi jangan lama-lama” oke?
“Siap
ayah tapi aku mau shalat dulu ya ayah.
Setelah selesai shalat Yara segera
mengampiri Pak Nugraha yang sedang melihat pemandangan dari luar. Untung saja
Yara ada dilantai dasar, jadi cukup mudah untuk keluar dan menghirup udara
segar dipagi hari.
Tiba-tiba seorang perawat memanggil
Pak Nugraha untuk menemui dokter, sepertinya akan memberitahukan hasil analisis
tentang penyakit Yara.
Pak Nugraha pun langsung menemui dokter
sedangkan Yara yang menggunakan kursi roda didorong oleh perawat kedalam ruang
rawat untuk diperiksa dan meminum beberapa obat.
*********
Pak
Nugraha pun duduk di dikursi didepan dokter, dengan perasaan yang tegang Pak
Nugraha mendengar semua perkataan dokter dengan seksama. Dokter pun langsung
menceritakan penyakit yang sedang diderita Yara, yaitu..parkinston Sebuah
penyakit pada system saraf, penyakit ini
ditandai dengan sering bergetarnya tangan baik ketika beraktivitas maupun
sedang beristirahat. Misalnya ketika menulis, tulisannya lama- kelamaan akan
semakin kecil, ujar penjelasan dokter.
Pak
Nugraha pun teringat ketika dia melihat Yara sedang menulis dan tulisannya
semakin lama semakin kecil.
Setelah
mendengarkan penjelasan dari dokter Pak Nugraha tertunduk lemas dan tak dapat
berfikir apapun, sehingga tak sadar bahwa dia telah meneteskan air mata dan
teringat kepada istri yang dia cintai, namun sayang telah tiada sepuluh tahun
yang lalu akibat kecelakaan. Kematian sang istri sampai sekarang belum dapat
dia lupakan, trauma yang mulai sedikit demi sedikit terlupakan seolah-olah
meningkat dan semakin bertambah, kepala Pak Nugraha seakan-akan telah pecah dan
semakin sakit, semua kenangan yang telah dia lalui bersama sang istri dan Yara mulai menghinggapi pikirannya.
Pak
Nugraha seolah-olah tak dapat menerima semua masalah yang sedang dia hadapi,
setelah kejadian yang menimpa istrinya secara tiba-tiba ketika sang istri
mengendarai mobil pertama yang dia beli setelah berhasil menyelesaikan proyek
pembangunan dengan sukses. Namun sayang ketika sang istri mencoba belajar
mengendarai mobil, kemudian akan
melewati jalan menuju kantor Pak Nugraha tiba-tiba ada mobil dari arah yang berlawanan
dengan kecepatan yang sangat kencang, tiba-tiba menabrak mobil Pak Nugraha dan
sang istri, dengan sangat cepat Pak Nugraha membelokan stir namun sungguh naas
kejadian tersebut terjadi sangat cepat sekali sehingga Pak Nugraha tak dapat menghindarinya.
Istri Pak Nugraha pun meninggal secara mendadak ditempat sedangkan Pak Nugraha
selamat hanya mendapatkan luka-luka
ringan.
Setelah
kejadian tersebut Pak Nugraha trauma dan terpuruk, tak bergairah untuk bisa
meneruskan hidup, namun berkat dorongan dari Yara yang waktu itu masih kecil
dan tak mengerti apa-apa dan selalu ceria
yang membuat hidup Pak Nugraha kembali cerah dan bersemangat.
Sampai
larut malam Pak Nugraha terus memikirkan Yara, dia belum siap untuk menceritakan semua ini kepada Yara dan
berencana untuk tidak menceritakan semua ini sebelum Yara genap berusia 17
tahun, yang akan jatuh hampir sebulan lagi.
Pak
Nugraha ingin menyiapkan sesuatu yang special untuk ulangtahun Yara yang ke 17
tahun ini. Dihari ulang tahun sebelumnya Yara jarang sekali betemu dengan Pak
Nugraha dikarenakan Pak Nugraha sangat sibuk sekali dengan proyek-proyek diluar
kota. Maklumlah Pak Nugraha merupakan seorang arsitek yang handal dan banyak
orang yang memuji hasil karya-karyanya.
Pak
Nugraha tidak ingin Yara tahu dengan penyakit yang diderita Yara. Menurut
dokter penyakit ini harus segera ditangani, agar semua bisa diatasi dengan
cepat. Walaupun ini hanya gejala dari penyakit Parkinston, namun apabila tidak
ditangani dengan cepat akan sangat berbahaya. Dan beresiko dapat membuat
kematian.
Yara
pun hari ini sudah diperolehkan untuk pulang, teman-teman Yara pun ikut gembira
begitu juga dengan Bu Nadya yang juga ikut mengantarkan kepulangan Yara ke
rumahnya.
Pak
Nugraha pun menyiapkan kepulangan Yara dengan membuat pesta kecil-kecilan, dan
Yara pun sangat bahagia, kerena semua kembali dengan normal. Yara juga
berterimakaih kepada semuanya terutama kepada ayahnya yang selalu memberikan
semangat dan perhatian kepadanya.
Ketika
dia ingin memainkan sebuah piano karena dia ingin memberikan hadiah untuk semua
yang hadir, seperti biasanya tangan Yara bergetar getarannya sangat kencang
sekali dan dia hanya bisa menyembunyikan tangan kanannya, kejadian tersebut pun
terlihat oleh Pak Nugraha yang semenjak tadi selalu memperhatikan Yara dari
belakang,
Dan
dengan sigap Pak Nugraha menyentuh bahu Yara agar tidak memainkan piano untuk
sementara waktu, karena Yara baru saja sembuh, dan berkata kepada Yara bahwa
tangannya baru saja lepas dari impusan dan tidak baik untuk melakukan aktivitas
yang berlebihan. Yara pun setuju karena bukan itu saja tangan Yara terasa masih
sakit.
*********
Dalam
sebulan ini kondisi Yara semakin hari semakin memburuk, kondisi tubuh Yara pun
semakin tidak berdaya, sebulan ini juga dia belum bisa bersekolah, Pak Nugraha
pun semakin khawatir dengan kondisi Yara saat ini, ditambah lagi Yara tidak mau
makan, Pak Nugraha pun semakin khawatir dengan kondisi Yara.
Setiap
seminggu dua kali Yara melakukan terapi agar saraf-saraf kembali normal. Terapi
tersebut terus dilakukan sampai akhirnya Yara hanya bisa terbaring lemah di
tempat tidur.
Tak
terasa ulang tahun Yara yang ke 17,
tersisa satu hari lagi, Pak Nugraha dengan senang hati dan tekunnya
menyelesaikan hadiah yang sangat istimewa untuk diberikan kepada Yara tercinta.
Tak lupa Pak Nugraha mengundang
teman-teman Yara dan Bu Nadya untuk hadir dan membantu mempersiapkan untuk esok.
Sedangkan Yara masih terbaring lemah ditempat tidur meskipun begitu Yara tetap
semangat untuk menjalani hidup meskiupun dia juga tak tahu keadaan yang
sebenarnya, sesuai dengan janji Pak Nugrah pada dirinya sendiri bahwa dia tidak
akan mengatakan apapun tentang penyakit Yara sebelum dia berulangtahun.
Yara
pun bertanya-bertanya mengapa keadaan dia seperti ini padahal ayahnya tidak
mengatakan apa-apa, Yara tidak memikirkan keadaan, dia hanya ingin membahagiakan
ayahnya.
*********
Yara
ternyata lupa bahwa hari ini dia genap berulang tahun yang ke 17, ketika dia
membukakan mata dari tidur malamya dia terkejut dengan semua kejutan yang
diberikan ayah, teman-teman dan juga Bu Nadya. semua menyanyikan lagu ulangtahun,
Yara baru tersadar hari ulangtahunnya
tepat pada tanggal 20 Desember 2012, semua mengucapkan selamat kepada Yara
karena sekarang dia sudah mulai dewasa dengan bertambahnya usia, semua
memberikan doa agar Yara cepat sembuh dan dapat bersekolah kembali. Begitupula
dengan Pak Nugraha yang juga memberikan doa dan harapan agar Yara diberikan
yang terbaik, tak lupa Pak Nugraha memberikan sebuah hadiah, hadiah yang sudah
disipakan selama hampir sebulan, dengan senang hati Yara membuka hadiah
tersebut yang dibalut dengan hiasan yang sangat indah, dengan sebuah kain
berwarna putih, karena sepertinya hadiah tersebut merupakan sebuah replika, dan
ketika Yara membuka kain tersebut seperti dugaan Yara ternyata memang benar
replika sebuah rumah lengkap dengan taman dihalaman depannya, dan terdapat
sebuah tempat istirahat dibelakang rumah ditambah dengan kolam yang menyejukan
nan asri dengan pohon-pohon hijau dan rindang, sebuah rumah impian.
“Memang
ayah sangat hebat, aku tak dapat berkata apapun, makasih ayah.. oh iya, kenapa
ayah memberikan replika ini ayah? Kata Yara dengan suara
lembutnya.
“iya
sayang sama-sama, ayah memberikan hadiah ini untukmu, agar suatu saat nanti
apabila kamu sudah menemukan imamu, ayah ingin kamu dan imamu dapat membangun
rumah seperti replika ini, Suasana menjadi terharu
“oh
begitu, dengan mata Yara yang sangat lemah, dan tubuhnya
pun ikut lama-kelamaan ikut membiru,
“Yara
kamu tidak apa-apa? Sahut Bu Nadya sambil memegang tangan
Yara yang sangat dingin,
Pak Nugraha pun sangat panik, dan
mencoba memanggil Yara,
“Ara…Ara..Ara..”
Namun tak ada jawab sedikitpun
Teman-teman
Yara dan Bu Nadya pun ikut memangggil Yara dengan nada yang cemas, namun tak
ada suara yang terucap dari mulut Yara,
Pak Nugraha mencoba menelpon dokter, dengan segera dokter pun sampai
dikamar Yara dan memeriksa keadaan Yara, dokter pun tak dapat mengatakan
apapun, karena Yara sudah tak ada lagi didunia ini, Pak Nugraha pun tak
menyangka bahwa sekarang putri tercintanya sudah tak ada lagi hanya jasad yang
tak bernyawa yang dapat dipandang untuk terakhir kalinya, semua kenangan yang
sudah dilewati bersama Yara selama ini hanya jadi sebuah cerita yang tak akan
terlupakan, mata air yang sudah tak terbendung lagi, hanya menunggu beberapa
detik saja akan terjatuh membasahi pipi dengan raut muka yang sangat pucat dan
penuh penyesalan. Pak Nugraha pun menangis memanggil nama Yara, sama seperti
ketika dia ditinggalkan oleh sang istri tercinta, namun sekarang ini dia lebih
bisa mengontrol emosinya dan mulai menerima keadaan ini. Semua orang menangis
atas kepergian Yara, karena Yara dikenal dengan sosok yang humoris, baik, dan
suka menolong sesama.
Setelah
kepergian Yara, Pak Nugraha lebih mengetahui arti kehidupan yang sesungguhnya
dan dapat kembali beraktivitas.
Suatu ketika Pak Nugraha sedang membereskan meja belajar Yara, tiba-tiba sebuah amplop bergambar kartun Pororo kesukaan Yara terjatuh dari buku harian Yara, Pak Nugraha pun membuka amplop tersebut dan ternyata didalamnya terdapat secarik kertas Pak Nugraha pun langsung membacanya, ternyata sebuah surat, kebetulan surat tersebut untuk dirinya, perasaan hati Pak Nugraha sangat sedih sekali ketika membaca surat dari putri tercintanya.
Bandung,
18 Desember 2012
Untuk
Ayahku Tercinta
Ayah
gimana keadaan ayah sekarang? semoga baik ya, meskipun mungkin aku tak dapat
lagi bertemu dengan ayah. Semoga ayah selalu sehat dan selalu semangat. Aku
heran dengan sikap ayah akhir-akhir ini.
“Apakah
ayah menyembunyikan sesuatu hal tentang diriku, entahlah mungkin ini yang terbaik
untuk ku, aku sangat bersyukur masih bisa memiliki ayah yang sangat baik,
sayang dan penuh perhatian, aku sangat berterimakasih, aku hanya menjadi putri
ayah yang sangat manja dan tak pernah membantu ayah malah aku hanya merepotkan
saja, iya kan ayah? Meskipun aku tak tahu hidup ku masih panjang atau mungkin
tak lama lagi aku dipanggil oleh yang lebih menyayangi dan mengasihi ku,
meskipun tangan ku tak dapat bergerak, atau mungkin mataku tak dapat melihat,
dan bahkan aku benar-benar tak dapat melakukan apapun dan hanya dapat tertidur
untuk selamanya tapi hati ini selalu ada untukmu AYAH semua kebaikan mu tak
dapat aku balas, aku hanya dapat memberikan senyuman terakhirku untuk mu AYAH,
jangan pernah lupakan aku AYAH,
Yara
sayang AYAH selamanya.
Putri tercintamu
YARA
PUTERI ZIFFA
Kini,
Pak Nugraha hanya dapat memandang tempat tidur Yara yang kosong, jendela kamar
yang terbuka membuat kesejukan di dalam kamar Yara. Sebuah piano tak bersuara,
di depan meja makan yang kini hanya dapat menemani Pak Nugraha saat makan,
biasanya piano tersebut dimainkan Yara setiap sore, semua album foto Yara
sekarang hanya dapat dipandang Pak Nugraha, Pak Nugraha pun sambil tersenyum
melihat semua kenangan yang terdapat di dalam album tersebut.
“Hal yang terindah dalam hidup ketika kita
melihat seseorang yang ketika sayangi dan cintai itu bahagia”
“Jangan pernah melupakan semua kebaikannya dan
jangan ungkapkan maupun ingat semua keburukannya, tetaplah menjadi sebuah
kenangan yang luar biasa”
“Selau
tersenymlah untuk mengenang semuanya”
No comments:
Post a Comment