Monday 18 May 2015

Cerpen



Hadiah Terakhir Untuk Yara
Karya Herawati  


 
   
Sehilir angin yang menyejukan kalbuku
Terasa indah nan tentram
Rumput-rumput seperti ikut menggerakan anggota tubuhya
Seolah-olah mengikuti alunan irama nan merdu
Semerbak bunga mawar yang sejak tadi ikut dalam irama ini
Tak ketinggalan bunga-bunga yang bermekaran ikut berseri
Semut-semut diatas pohon rindang ini saling memberikan sapaan
Suara ayam jago yang bersemangat bersahutan dalam menyambut pagi ini
Kicauan burung yang hinggap diatap rumah
Jendela rumah yang terbuka ikut bersama hiliran angin
Menambah kesejukan rumah impian ku ini
Tak kuasa ku memanjaatkan syukur atas karunia Mu Sang Pencipta

Hangatnya suasana rumah yang sederhana ini, entah seperti tak dapat di ungkapkan dengan lisan maupun pena yang seelok apapun. Matahari seolah menyapa kehadiran seorang bayi mungil yang masih suci, tak ketinggalan burung-burung kecil pun ikut berkicau di atas pohon dekat jendela kamar, semua anggota keluarga ikut bersuka cita atas kelahiran

Seorang bayi yang sangat di nanti-nantikan. Semua orang yang berada disana ikut memberikan ucapan selamat kepada ayahanda dan tak lupa dengan ijin Yang Kuasa ibunda yang selamat dan sehat. Tangisan bayi  mungil pun ikut meramaikan kehangatan suasana pagi ini.
Terasa nan indah lamunan Pak Nugraha, mengingat masa lalunya, namun tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkan Pak Nugraha, bbrukk…!! Pray…!!
Entah mungkin siapa yang sedang mengacaukan nostalgia Pak Nugraha tujuh belas tahun yang lalu, sepertinya suara tersebut arahnya dari dapur. Pak Nugraha pun lansung menuju arah datangnya suara. Terpaksa Pak Nugraha harus meninggalkan duduk santainya didepan teras rumah dengan terpampang tumbuhan-tumbuhan yang hijau nan segar sambil meneguk secangkir kopi dan membaca koran.  
Sepertinya dugaan Pak Nugraha pun benar adanya, Yara anak tunggal Pak Nugraha telah memecahkan sebuah gelas, mungkin entah ini gelas  keberapa yang sudah dipecahkan oleh Yara. Dalam seminggu Yara dapat memecahkan gelas atau pun piring mungkin sebanyak satu lusin. Kejadian ini sebenarnya baru terjadi hampir tiga bulan terakhir, entah apa penyebabnya, mengapa Yara selalu dengan tidak sengaja memecahkan gelas maupun piring.
Pak Nugraha pun selalu bertanya kepada Yara, mengapa Yara melakukan hal tersebut berulang-ulang, Yara pun selalu menjawab:
“Maaf ayah, Yara enggak sengaja, mungkin sudah berpuluh-puluh kali Yara mengucapkan hal yang sama dan Yara pun tidak mengucapkan hal yang lain selain mengatakan hal tersebut. Pak Nugraha pun semakin curiga tentang kelakuan Yara selama tiga bulan terakhir ini. Sebenarnya Pak Nugraha telah menyuruh Yara untuk tidak mengambil piring maupun gelas saat makan, namun Yara tetap saja melakukannya.
Hari ini saatnya masuk sekolah setelah libur semester, selama liburan Pak Nugraha dan Yara tidak pergi kemana-mana, karena liburan semester hanya satu minggu, maklumlah Yara bersekolah di salah satu SMA favorit dan unggulan di Bandung. Jadi waktu libur digunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, ditambah lagi Pak Nugraha sangat sibuk sekali dengan pekerjaanya yang sedang mengerjakan proyek membangun apartemen.
Pagi ini, seperti biasa Yara pun diantarkan oleh Pak Nugraha  ke sekolahnya, saat tiba disekolah Yara pun pamit kepada Pak Nugraha, keanehan pun muncul saat Yara mencium tangan Pak Nugraha tangan Yara seolah-olah bergetar dan tangan Yara sangat dingin sekali. Pak Nugraha pun bertanya: “Ara, kamu sedang sakit, kalau sakit jangan dipaksain sekolah, ya? “Ara enggak apa-apa ko, Ara sehat ,ayah.. Yara menjawab. “ beneran kamu enggak sakit? kalau sakit telepon gurunya aja, nanti ayah jemput. Kata Pak Nugraha. “iya ayah, Ara ga apa-apa ko, beneran.. ayah enggak usah khawatirin Ara. Oke..! jawab Yara
“yaudah kalo gitu hati-hati disekolahnya sama semangat belajarnya. Ayah berangkat. Seru Pak Nugraha. “Siap ayah”. Seru Yara membalas.
*********
Perasaan hati Pak Nugraha sejak tadi pagi, sudah tidak enak, dan tepat pada jam 12 siang, yaitu pada jam istirahat, tiba-tiba terdengar suara getar dering handphone Pak Nugraha, “kring..kring…kring…” ternyata itu telpon dari wali kelas Yara yaitu Bu Nadya,
“Halo, Assalamualaikum, maaf ini dengan ayahnya Yara?” kata Bu Nadya dengan suara lembutnya mencirikan seorang wanita yang baik.
“Walaikumsalam, iya ini ayahnya, oh ini siapa ya?” Jawab Pak Nugraha.
“Saya Bu Nadya wali kelasnya Yara, sebelumnya maaf pak, Yara tadi jatuh pingsan dan sampai sekarang dia belum siuman? Kata Bu Nadya.
“Astagfirullahal’adzim, iya nanti saya akan ke sekolah, tolong untuk sementara jagain Yara dulu ya bu, sebelumnya terima kasih” Cemas Pak Nugraha.
“Iya pak, saya akan menjaganya semampu saya. Jawab Bu Nadya.
Telpon dari bu Nadya pun langsung disambut Pak Nugraha dengan perasaan yang campur aduk antara meninggalkan pekerjaan atau menjemput Yara.
            Akhirnya Pak Nugraha memilih untuk menjemput Yara ke sekolah, sementara untuk rapat kali ini dia serahkan kepada asistennya.
            Pak Nugraha pun langsung mengambil kunci mobil dan menuju  tempat parkiran kantor. Mobil Pak Nugraha meluncur dengan cepat seolah-olah mengalahkan apapun.
            Dalam waktu sepuluh menit Pak Nugraha sudah sampai di sekolah dan langsung menelpon Bu Nadya, dan menanyakan dimana Yara sekarang. Ternyata Yara sedang berada di ruang UKS. Pak Nugraha pun langsung menuju ruang UKS, nostalgia Pak Nugraha pun bermunculan saat dia mengingat masa-masa SMAnya, maklumlah Pak Nugraha bersekolah yang sama dengan putrinya Yara.
Tiba- tiba teman sekelas Yara datang dari sebuah ruangan dan ternyata itu ruang UKS, dan mengantarkan Pak Nugraha ke dalam UKS, disana terlihat ada seorang guru dan pasti itu bu Nadya yang terlihat dari belakang dan teman-teman Yara. Yara pun sedang berada ditempat tidur tak terlihat karena banyak teman-teman Yara yang sedang menunggu Yara. Pak Nugraha pun langsung menghampiri Yara.
“Ara, kamu kenapa? Ayo Yara bangun!” sahut Pak Nugraha.
Semua terhening tapi tak ada jawaban apapun dari mulut Yara.  Pak Nugraha pun menanyakan kronologi kejadiannya kepada seorang guru.
“Apa ini bu Nadya?
“Iya saya Nadya, wali kelasnya Yara.

            Bu Nadya pun langsung menceritakan kronologi kejadiannya, jadi tadi pagi ketika kami sedang melakukan praktek di laboratorium, tiba-tiba Yara yang sedang memegang gelas kimia kosong, terjatuh pingsan dan untungnya gelas kimia tidak mengenai Yara. Yara pun langsung dibawa teman-temanya ke ruang UKS.
            Pak Nugraha pun mengucapkan terimakasihya kepada Bu Nadya dan teman- teman Yara yang sudah membantu Yara. Kemudian langsung membawa Yara ke rumah sakit karena kondisi Yara yang semakin terpuruk.
            Teman-teman Yara pun membantu mengangkat Yara ke mobil dan memberikan semangat kepada Yara meskipun Yara sedang tidak sadarkan diri.
            Sesampainya di rumah sakit Yara pun langsung ditempatkan diruangan ICU dan mendapatkan  pertolongan dari dokter dan perawat.
            Tepatnya jam empat sore, Yara sadarkan diri dan langsung memanggil ayahnya.
“ayah,ayah,ayah,… sahut Yara.
“iya nak kamu sudah sadar, Alhamdulillah, kami disini sudah menunggumu, seru Pak Nugraha.
            Terlihat ada Bu Nadya dan teman-teman Yara yang sabar menunggu Yara tersadar. Yara pun tersenyum manis.
            Yara pun kemudian asyik mengobrol dengan teman-temannya. Sementara Pak Nugraha berbagi cerita tentang Yara dengan Bu Nadya. Kehangatan malam itu seakan-akan terjadi kembali seperti ketika dulu masih ada seorang yang sangat  Pak Nugraha dan Yara cintai, seorang yang baik, penuh perhatian, bijaksana sayang kepada keluarga dan taat kepada agama, dia adalah seorang istri sekaligus  ibunda dari Pak Nugraha dan Yara.
Kehadiran Bu Nadya dan teman-teman Yara malam itu tak akan terlupakan oleh Pak Nugraha dan Yara.
Tak terasa malam pun mulai larut, Bu Nadaya dan teman-teman Yara pun sudah pulang. Yara sudah tertidur sedangkan Pak Nugraha masih memikirkan keadaan Yara. Setelah tadi sore dokter menanyakan kebiasaan Yara, Pak Nugraha pun menceritakan kebiasaan Yara yang cukup aneh, apabila Yara sedang memegang sesuatu pasti benda tersebut akan terjatuh dan terkadang tangan Yara pun akan sakit. Ternyata kejadian tersebut terulang kembali bukan hanya gelas atau pun barang-barang pecah belah tetapi benda yang cukup ringan  pun Yara seolah-olah tak dapat memegangnya. Dulu tangan kanan, tetapi sepertinya sekarang mulai ke tangan kiri.
Setelah kejadian di laboratorium tangan kanan Yara terlihat memar, padahal Yara hanya memegang gelas kimia yang kosong. Pak Nugraha pun harap-harap cemas menunggu hasil keputusan dokter. Pada kesempatan ini, Pak Nugraha menyerahkan semua keputusan kepada Allah SWT, dengan shalat malam dan tak lupa berdoa untuk diberikan yang terbaik untuk Yara. Heningnya dan dinginnya malam tak membuat Pak Nugraha berhenti untuk berdoa.
Adzan subuh pun berkumandang, Pak Nugraha pun langsung shalat, sementara Yara masih tertidur lelap, Pak Nugraha pun enggan membangunkan Yara yang sedang tertidur.
Ketika Pak Nugraha akan keluar dan membuka pintu, tiba-tiba suara Yara memanggil Pak Nugraha pun terdengar….
“ayah..yah..ayah.., “ ayah mau kemana?
Pak Nugraha pun sedikit terkejut, dan langsung membalikan badan dan berkata
“Iya sayang kenapa? Ayah mau jalan-jalan pagi diluar.
“Ayah aku mau ikut?
“Kamu kan lagi sakit ara,
“Tapi sekarang aku agak baikan ayah, boleh ya ayah.. (dengan memaksa)
“Yaudah iya tapi jangan lama-lama” oke?
“Siap ayah tapi aku mau shalat dulu ya ayah.
            Setelah selesai shalat Yara segera mengampiri Pak Nugraha yang sedang melihat pemandangan dari luar. Untung saja Yara ada dilantai dasar, jadi cukup mudah untuk keluar dan menghirup udara segar dipagi hari.
            Tiba-tiba seorang perawat memanggil Pak Nugraha untuk menemui dokter, sepertinya akan memberitahukan hasil analisis tentang penyakit Yara.
            Pak Nugraha pun langsung menemui dokter sedangkan Yara yang menggunakan kursi roda didorong oleh perawat kedalam ruang rawat untuk diperiksa dan meminum beberapa obat.
*********
Pak Nugraha pun duduk di dikursi didepan dokter, dengan perasaan yang tegang Pak Nugraha mendengar semua perkataan dokter dengan seksama. Dokter pun langsung menceritakan penyakit yang sedang diderita Yara, yaitu..parkinston Sebuah penyakit  pada system saraf, penyakit ini ditandai dengan sering bergetarnya tangan baik ketika beraktivitas maupun sedang beristirahat. Misalnya ketika menulis, tulisannya lama- kelamaan akan semakin kecil, ujar penjelasan dokter.
Pak Nugraha pun teringat ketika dia melihat Yara sedang menulis dan tulisannya semakin lama semakin kecil. 
Setelah mendengarkan penjelasan dari dokter Pak Nugraha tertunduk lemas dan tak dapat berfikir apapun, sehingga tak sadar bahwa dia telah meneteskan air mata dan teringat kepada istri yang dia cintai, namun sayang telah tiada sepuluh tahun yang lalu akibat kecelakaan. Kematian sang istri sampai sekarang belum dapat dia lupakan, trauma yang mulai sedikit demi sedikit terlupakan seolah-olah meningkat dan semakin bertambah, kepala Pak Nugraha seakan-akan telah pecah dan semakin sakit, semua kenangan yang telah dia lalui bersama sang istri  dan Yara mulai menghinggapi pikirannya.
Pak Nugraha seolah-olah tak dapat menerima semua masalah yang sedang dia hadapi, setelah kejadian yang menimpa istrinya secara tiba-tiba ketika sang istri mengendarai mobil pertama yang dia beli setelah berhasil menyelesaikan proyek pembangunan dengan sukses. Namun sayang ketika sang istri mencoba belajar mengendarai mobil, kemudian  akan melewati jalan menuju kantor Pak Nugraha tiba-tiba ada mobil dari arah yang berlawanan dengan kecepatan yang sangat kencang, tiba-tiba menabrak mobil Pak Nugraha dan sang istri, dengan sangat cepat Pak Nugraha membelokan stir namun sungguh naas kejadian tersebut terjadi sangat cepat sekali  sehingga Pak Nugraha tak dapat menghindarinya. Istri Pak Nugraha pun meninggal secara mendadak ditempat sedangkan Pak Nugraha selamat hanya mendapatkan  luka-luka ringan.
Setelah kejadian tersebut Pak Nugraha trauma dan terpuruk, tak bergairah untuk bisa meneruskan hidup, namun berkat dorongan dari Yara yang waktu itu masih kecil dan tak mengerti apa-apa  dan selalu ceria yang membuat hidup Pak Nugraha kembali cerah dan bersemangat.
Sampai larut malam Pak Nugraha terus memikirkan Yara, dia belum siap  untuk menceritakan semua ini kepada Yara dan berencana untuk tidak menceritakan semua ini sebelum Yara genap berusia 17 tahun, yang akan jatuh hampir sebulan lagi.
Pak Nugraha ingin menyiapkan sesuatu yang special untuk ulangtahun Yara yang ke 17 tahun ini. Dihari ulang tahun sebelumnya Yara jarang sekali betemu dengan Pak Nugraha dikarenakan Pak Nugraha sangat sibuk sekali dengan proyek-proyek diluar kota. Maklumlah Pak Nugraha merupakan seorang arsitek yang handal dan banyak orang yang memuji hasil karya-karyanya.  
Pak Nugraha tidak ingin Yara tahu dengan penyakit yang diderita Yara. Menurut dokter penyakit ini harus segera ditangani, agar semua bisa diatasi dengan cepat. Walaupun ini hanya gejala dari penyakit Parkinston, namun apabila tidak ditangani dengan cepat akan sangat berbahaya. Dan beresiko dapat membuat kematian.
Yara pun hari ini sudah diperolehkan untuk pulang, teman-teman Yara pun ikut gembira begitu juga dengan Bu Nadya yang juga ikut mengantarkan kepulangan Yara ke rumahnya.
Pak Nugraha pun menyiapkan kepulangan Yara dengan membuat pesta kecil-kecilan, dan Yara pun sangat bahagia, kerena semua kembali dengan normal. Yara juga berterimakaih kepada semuanya terutama kepada ayahnya yang selalu memberikan semangat dan perhatian kepadanya.
Ketika dia ingin memainkan sebuah piano karena dia ingin memberikan hadiah untuk semua yang hadir, seperti biasanya tangan Yara bergetar getarannya sangat kencang sekali dan dia hanya bisa menyembunyikan tangan kanannya, kejadian tersebut pun terlihat oleh Pak Nugraha yang semenjak tadi selalu memperhatikan Yara dari belakang,
Dan dengan sigap Pak Nugraha menyentuh bahu Yara agar tidak memainkan piano untuk sementara waktu, karena Yara baru saja sembuh, dan berkata kepada Yara bahwa tangannya baru saja lepas dari impusan dan tidak baik untuk melakukan aktivitas yang berlebihan. Yara pun setuju karena bukan itu saja tangan Yara terasa masih sakit.
*********
Dalam sebulan ini kondisi Yara semakin hari semakin memburuk, kondisi tubuh Yara pun semakin tidak berdaya, sebulan ini juga dia belum bisa bersekolah, Pak Nugraha pun semakin khawatir dengan kondisi Yara saat ini, ditambah lagi Yara tidak mau makan, Pak Nugraha pun semakin khawatir dengan kondisi Yara.
Setiap seminggu dua kali Yara melakukan terapi agar saraf-saraf kembali normal. Terapi tersebut terus dilakukan sampai akhirnya Yara hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur.


Tak terasa  ulang tahun Yara yang ke 17, tersisa satu hari lagi, Pak Nugraha dengan senang hati dan tekunnya menyelesaikan hadiah yang sangat istimewa untuk diberikan kepada Yara tercinta.  Tak lupa Pak Nugraha mengundang teman-teman Yara dan Bu Nadya untuk hadir dan membantu mempersiapkan untuk esok. Sedangkan Yara masih terbaring lemah ditempat tidur meskipun begitu Yara tetap semangat untuk menjalani hidup meskiupun dia juga tak tahu keadaan yang sebenarnya, sesuai dengan janji Pak Nugrah pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mengatakan apapun tentang penyakit Yara sebelum dia berulangtahun.
Yara pun bertanya-bertanya mengapa keadaan dia seperti ini padahal ayahnya tidak mengatakan apa-apa, Yara tidak memikirkan keadaan, dia hanya ingin membahagiakan ayahnya.
*********
Yara ternyata lupa bahwa hari ini dia genap berulang tahun yang ke 17, ketika dia membukakan mata dari tidur malamya dia terkejut dengan semua kejutan yang diberikan ayah, teman-teman dan juga Bu Nadya. semua menyanyikan lagu ulangtahun, Yara baru tersadar  hari ulangtahunnya tepat pada tanggal 20 Desember 2012, semua mengucapkan selamat kepada Yara karena sekarang dia sudah mulai dewasa dengan bertambahnya usia, semua memberikan doa agar Yara cepat sembuh dan dapat bersekolah kembali. Begitupula dengan Pak Nugraha yang juga memberikan doa dan harapan agar Yara diberikan yang terbaik, tak lupa Pak Nugraha memberikan sebuah hadiah, hadiah yang sudah disipakan selama hampir sebulan, dengan senang hati Yara membuka hadiah tersebut yang dibalut dengan hiasan yang sangat indah, dengan sebuah kain berwarna putih, karena sepertinya hadiah tersebut merupakan sebuah replika, dan ketika Yara membuka kain tersebut seperti dugaan Yara ternyata memang benar replika sebuah rumah lengkap dengan taman dihalaman depannya, dan terdapat sebuah tempat istirahat dibelakang rumah ditambah dengan kolam yang menyejukan nan asri dengan pohon-pohon hijau dan rindang, sebuah rumah impian.
“Memang ayah sangat hebat, aku tak dapat berkata apapun, makasih ayah.. oh iya, kenapa ayah memberikan replika ini ayah? Kata Yara dengan suara lembutnya.
“iya sayang sama-sama, ayah memberikan hadiah ini untukmu, agar suatu saat nanti apabila kamu sudah menemukan imamu, ayah ingin kamu dan imamu dapat membangun rumah seperti replika ini, Suasana menjadi terharu
“oh begitu, dengan mata Yara yang sangat lemah, dan tubuhnya pun ikut lama-kelamaan ikut membiru,
“Yara kamu tidak apa-apa? Sahut Bu Nadya sambil memegang tangan Yara yang sangat dingin,
            Pak Nugraha pun sangat panik, dan mencoba memanggil Yara,
“Ara…Ara..Ara..”
            Namun tak ada jawab sedikitpun 
Teman-teman Yara dan Bu Nadya pun ikut memangggil Yara dengan nada yang cemas, namun tak ada suara yang terucap dari mulut Yara,  Pak Nugraha mencoba menelpon dokter, dengan segera dokter pun sampai dikamar Yara dan memeriksa keadaan Yara, dokter pun tak dapat mengatakan apapun, karena Yara sudah tak ada lagi didunia ini, Pak Nugraha pun tak menyangka bahwa sekarang putri tercintanya sudah tak ada lagi hanya jasad yang tak bernyawa yang dapat dipandang untuk terakhir kalinya, semua kenangan yang sudah dilewati bersama Yara selama ini hanya jadi sebuah cerita yang tak akan terlupakan, mata air yang sudah tak terbendung lagi, hanya menunggu beberapa detik saja akan terjatuh membasahi pipi dengan raut muka yang sangat pucat dan penuh penyesalan. Pak Nugraha pun menangis memanggil nama Yara, sama seperti ketika dia ditinggalkan oleh sang istri tercinta, namun sekarang ini dia lebih bisa mengontrol emosinya dan mulai menerima keadaan ini. Semua orang menangis atas kepergian Yara, karena Yara dikenal dengan sosok yang humoris, baik, dan suka menolong sesama.
Setelah kepergian Yara, Pak Nugraha lebih mengetahui arti kehidupan yang sesungguhnya dan dapat kembali beraktivitas.

Suatu ketika Pak Nugraha sedang membereskan meja belajar Yara, tiba-tiba sebuah amplop bergambar kartun Pororo kesukaan Yara terjatuh dari buku harian Yara, Pak Nugraha pun membuka amplop tersebut dan ternyata didalamnya terdapat secarik kertas Pak Nugraha pun langsung membacanya, ternyata sebuah surat, kebetulan surat tersebut untuk dirinya, perasaan hati Pak Nugraha sangat sedih sekali ketika membaca surat dari putri tercintanya.  

Bandung, 18 Desember 2012
Untuk Ayahku Tercinta
Ayah gimana keadaan ayah sekarang? semoga baik ya, meskipun mungkin aku tak dapat lagi bertemu dengan ayah. Semoga ayah selalu sehat dan selalu semangat. Aku heran dengan sikap ayah akhir-akhir ini.
“Apakah ayah menyembunyikan sesuatu hal tentang diriku, entahlah mungkin ini yang terbaik untuk ku, aku sangat bersyukur masih bisa memiliki ayah yang sangat baik, sayang dan penuh perhatian, aku sangat berterimakasih, aku hanya menjadi putri ayah yang sangat manja dan tak pernah membantu ayah malah aku hanya merepotkan saja, iya kan ayah? Meskipun aku tak tahu hidup ku masih panjang atau mungkin tak lama lagi aku dipanggil oleh yang lebih menyayangi dan mengasihi ku, meskipun tangan ku tak dapat bergerak, atau mungkin mataku tak dapat melihat, dan bahkan aku benar-benar tak dapat melakukan apapun dan hanya dapat tertidur untuk selamanya tapi hati ini selalu ada untukmu AYAH semua kebaikan mu tak dapat aku balas, aku hanya dapat memberikan senyuman terakhirku untuk mu AYAH, jangan pernah lupakan aku AYAH,
Yara sayang AYAH selamanya.
Putri tercintamu
YARA PUTERI ZIFFA

Kini, Pak Nugraha hanya dapat memandang tempat tidur Yara yang kosong, jendela kamar yang terbuka membuat kesejukan di dalam kamar Yara. Sebuah piano tak bersuara, di depan meja makan yang kini hanya dapat menemani Pak Nugraha saat makan, biasanya piano tersebut dimainkan Yara setiap sore, semua album foto Yara sekarang hanya dapat dipandang Pak Nugraha, Pak Nugraha pun sambil tersenyum melihat semua kenangan yang terdapat di dalam album tersebut.

 “Hal yang terindah dalam hidup ketika kita melihat seseorang yang ketika sayangi dan cintai itu bahagia”
 “Jangan pernah melupakan semua kebaikannya dan jangan ungkapkan maupun ingat semua keburukannya, tetaplah menjadi sebuah kenangan yang luar biasa”
“Selau tersenymlah untuk mengenang semuanya”
 


  
  
             


No comments:

Post a Comment